HITAM PUTIH PERJALANAN HIDUPKU - M. Abdul Rohman, SE, M.Sc(candidat)

HITAM PUTIH PERJALANAN HIDUPKU


HITAM PUTIH PERJALANAN HIDUPKU-
Entah dari mana aku mulai cerita perjalan hidupku ini. Dalam heningnya malam aku mencoba untuk berbagi kisahku yang banyak mengukir kenangan yang tak akan kulupakan. Aku dilahirkan oleh sorang ibu yang mempunyai semangat yang luar biasa dan ayah yang selalu memberi motivasi terhadapku. Itulah yang membentuk kepribadianku yang seperti ini. Aku adalah anak ke 4 dari 5 bersaudara. Saudaraku semua berjenis kelamin laki-laki, sehingga aku sering disebut dengan saudara padawa. Semua kakakku telah berhenti untuk sekolah karena terkendala dengan biaya. Sedangkn adikku masih bangku SD kelas 2. Sehingga aku yang menjadi harapan untuk keluargaku. Hal ini memaksaku harus bertanggung jawab untuk keluargaku.
Ibuku adalah seorang perempuan yang sangat tegar sedunia. Beliau bekerja sebagai penjual dipasar dekat dengan tempat tinggalku. berbagai macam bentuk jualan telah beliau tempuh mulai dari jualan tewel (nangka muda), jual makanan, jual  pakaian bekas, barang –barang bekas sampai dagang sayur-sayuran juga pernah. Namun sekarang beliau hanya menjual barang-barang bekas. Itupun kalau ibuku punya modal sendiri, kalu tidak  beliau hanya menjualkan barang orang lain dan setelah laku beliau diberi upah jual. Beliau juga pernah menjadi TKW rumah tangga di Arab saudi selama 2 tahun. Ketika itu aku masih berumur 2 tahun. Ketika Ia pulang ternyata beliau juga pernah menjadi korban aniaya oleh majikannya. Namun beliau meminta untuk di pulangkan ke negara asal.
Ayahku dulu adalah seorang sopir bis malam. Namun setelah berbagai macam halangan dan kecelakan. Ayahku kini menganggur dirumah. Namun dihari-harinya beliau bekerja memperbaiki / servis TV dan bahan elektronik lainnya. Meskipun ayahku ini tidak pernah sekolah tentang elektronik beliau secara otodidak belajar elektronik. Karena hal ini yang mendesak ayahku sebagai kepala keluarga. Beliau juga pernah menjadi TKW di Arab saudi selama 2 tahun. Ayahku pergi ketika itu aku masih murid SMP kelas 9. Namun nasib juga serupa dengan ibukku beliau dipulangkan di tanah air lantaran tidak betah.
Perjalanan Hidup Semasa Kecil
Ketika aku masih kecil aku telah terpisah dengan kasih tangan seorang ibu. Ketika itu aku tak mengetahui kalau ibu telah berpamit untuk menjadi seorang TKW di negara Arab saudi. Pada awalnya aku telah dikelabuhi oleh saudaraku yang menanggung tangisnya atas kepergian ibuku yang menjadi TKW dinegara orang lain. 2 tahun lamanya aku merindukan kasih akung seorang ibu, hingga akhirnya dengan rasa syukurku kupanjatkan ibu telah pulng embali ketanah air dengan keadaan sehat wal aviat. Kemudian aku mulai menginjak generasi merah putih, aku disekolahkan dengan keadaan yang memprihatinkan. Ketika aku mulai sekolah di SDN 2 Klambu, aku harus beradaptasi dengan teman serta guruku. Hingga teman telah tahu tentang keterbatasanku, aku selalu dijadikan bahan cemooh oleh teman. Aku menyadari bahwa aku dari kelarga yang tidak mampu. Sehingga menurunkan semangat belajarku hingga akhirnya aku menjadi pemalas dan pembandel karena menanggung hal tersebut. Namun beruntung aku mempunyai bapak yang sangat akung terhadap aku, aku selalu dinasihati dengan siraman rohani. Sungguh sangat menyakitkan ketika aku dihina sepatuku yang berac alami(bolong). Namun disinilah aku mulai menyukai ilmu agama yang telah mengajariku untuk menerima apa adanya(qona’ah). Semasa itu aku juga diajarkan oleh orang tuaku untuk sederhana, karena dengan keadaan yang sangat terbatas aku sering berpuasa dan  tidak membawa bekal uang saku.
Katika aku menginjak ke kelas 2 SD aku dikabarkan nenekku telah sakit keras. Karena semua anak nenekku telah pergi meninggalkan beliau  yang jauh sehingga memaksa keluargaku untuk berpindah dan  merawat nenek kami yang sedang sakit-sakitan. Hal ini juga berpengaruh dengan sekolahku terpaksa aku harus berpindah sekolah di SDN 1 Ngeluk, Penawangan. Hal ini juga membuat kakak–kakaku putus sekolah. Karena tidak tersedianya sekolah dijenjang SMA  didesa ini dan diperparah lagi tidak ada biaya, akhirnya mereka tidak melanjutkan sekolah. Sehingga kakak-kakakku memutuskan untuk membantu ibuku.
Disekolah yang baru ini nasibku pun tidak jauh beda dengan sekolah sebelumnya. Aku dijadikan bahan cemohan yang serupa karena kerterbatasanku ini. Memang benar dulu ayah dan ibu kami tidak bersekolah sehingga ayah dan ibu kami tidak mementingkan kebutuhan sekolah anaknya. Ketika itu aku harus menyesuaikan dengan teman-teman sekelasku. Di kelas 2 aku terkenal dengan siswa jail sehingga tak heran banyak siswa yang membenciku lebih-lebih dengan kondisiku yang keterbatasan sehingga memaksaku untuk menerima kondisi ini. Memasuki kelas 2 SD aku dikejutkan dengan peristiwa yang sangat memilukan dengan kabar meninggalnya nenekku dan bersamaan dengan penerinann raport yang menyatakan bahwa aku divonis untuk tinggal kelas. Sungguh menjadi cobaan yang sulit untukku lupakan, lebih-lebih dalam minggu yang sama ayahku juga mengalami musibah tabrakan beruntun. Namun pada kejadian ini tidak terdapat korban jiwa. Hatiku selalu gelisah dan bingung Sehingga dengan keadaan itu aku sadar kemudian mencoba bangkit dan memperbaiki keadaanku ini. Akibat kejadian ini aku menjadi semangat untuk belajar. Ini lah awal semangat berkorbar aku setelah sekian lama yang suram. Setelah terjadi peristiwa ini keluargaku memaksa berhijrah ke rumah halamannya lagi yaitu desa Klambu. Disinilah aku mulai memerbaiki katertinggalannku aku mulai giat untuk belajar dan belajar. Aku memulai dikelas 2 di SDN 2 Klambu.
Hingga suatu saat ada teman yang menghina keterbatasanku malah menjadikan ku semangat untuk belajar sekolah lagi. Di kelas inilah aku mulai bersaing dengan teman yang dulu merupakan adik kelasku. Aku pun tidak malu dengan kondisi itu, justru malah semakin. tambah semnagat belajarku. Aku yakin dengan hadist rosullah yang menyatakan manjadda wajadda yang artinya barang siapa yang berbersungguh-sungguh maka ia akan memperoleh hasilnya. Pada penerimaan rapotku dikabarkan telah mendapatkan peringkat  4 sekelas.. sebelumnya aku tidak percaya dengan hal ini namun setelah aku lihat ternyata benar. Setelah kejadian ini aku baru menerti tentang percaya diri.
Dulu ketika aku akan  dikhitan, aku belum sempat minta ijin dengan keluargku. Pasalnya aku melihat keluarga kami ternyata belum punya biaya untuk khitan. Aku pun juga melihat kerabatku ada yang mengikuti khitanan masal. Aku ingin sekali untuk mengikuti khitanan masal itu, hingga suatu ketika aku ikut melakukan kegiatan khitan meskipun aku belum terdaftar peserta khitanan massal. Sehingga dari awal aku sebenarnya berniat untuk mengantarkan kerabatku yang ikut berkhitan justru malah aku juga ikut berkhitan. Akan tetapi aku bersyukur kepada Allah SWT  masih diberi kesempatan untuk menunaikan kesunahan yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim AS untuk mensucikan diri. Setelah aku melakukan khitan, kedewasaan aku mulai terlihat. Dulu hidup yang tergantung dengan seorang ibu kini mulai menyusut. Aku pun mulai mengerti tentang keadaan keluargaku. Tanah yang aku tingali adalah milik kakek aku yang dari ibu. Dan terpaksa ketika saudaraku semua bersilaturahmi ke simbahku karena pada saat itu simbah aku keadaan sudah tua. Dalm silaturahmi itu membicarakan tentang semua harta yang dimiliki simbah aku. Disaat yang sama simbahku memerintahkan menjual dan membagi semua hartanya sebagai harta hibah kepada anak-anaknya. Setelah terjual semua memaksa keluargaku untuk pindah ketempat yang harga tanahnya murah. Ketika itu ternyata ada yang menjual tanah yang murah namun tanah ini masih kontroversi di banyak kalangan karena tanah merupakan tanah perairan (tanah irigasi). Tanah yang tak ada hak milik ini dijual dengan harga yang murah sehingga keluargaku mau membeli dan bersedia menanggung resikonya meskipun ini larangan pemerintah.
Liku –Liku Kehidupan di Desa Ngeluk
Tanah irigasi yang aku tinggali terletak di Desa Ngeluk, Kecamatan Penawangan, Kabupaten Grobogan. Disini keluargaku hidup lebih sejahtera dari sebelumnya meskipun berada ditanah yang suwaktu-waktu mendapat ancaman untuk penggusuran. Hijrahku disini juga berdampak pada sekolahku, aku pun juga berhijrah sekolah ke SDN 2 Ngeluk. Disini aku perlu menyesuaikan diri dengan teman dan guru baru. Berbeda disekolah SD sebelumnya, aku masih dihormati meski dengan keterbatasanku, justru aku malah dibantu oleh kepala sekolah untuk memperoleh bea siswa. Aku selalu bersemangat untuk menjalankannya. Disekolah ini aku mulai bangkit untuk selalu mengukir prestasi–prestasi. Aku mulai melanjutkan kekelas 4 di SD 2 Ngeluk. Dikelasku yang baru ternyata terjadi peningkatan dalam pemahaman pelajaranku. Apalagi aku juga dimadrasahkan sehingga aku bersyukur bisa mempelajari ilmu agama Allah SWT. Suatu ketika aku diajak temanku untuk ikut lomba pildacil. Melalui seleksi sekolah ternyata aku yang terpilih untuk mewakili sekolahku. Sehingga aku harus berusaha dan berlatih berjuang untuk sekolahku. Pada suatu saat aku tidak punya kostum untuk pidato, aku pun bingung untuk mencari terpaksa ketika itu akiu meminjuam tetanggaku. Ternyata  perjuanganku ternyata tdak sisa sia. Alhamdulilah ku panjatkan Aku telah memperoleh juara 1 lomba pildacil ditingkat kecamatan penawangan.aku diminta untuk mewakili kecamatan penawangan untuk maju ketingkat kabupaten grobogan. Namun pada kesempatan ini aku gagal untuk emperoleh juara aku mendapatkan peringkat 4. Namun aku tetap bersyukur kepada Allah swt
Kebahagiaan ini bertambah ketika aku dikabarkan mendapatkan peringkat 1. Hingga aku menginjak kelas 5 alhamdulilah aku selalu mendapatkan beasiswaa BSM (bea siswa miskin). Dimadrasah pun juga demikian, suatu ketika ada lomba cerdas cermat diberbagai kelas mulai kelas madin , wustha , ulya beradu untuk memperoleh juara 1. Meskipun berada aku bersaing dengan kak kelasku aku tetap semangat hingga akhirnya aku telah menjuarai lomba cerdas cermat tersebut meskipun aku masih duduk di bangku madrasah diniyah (MADIN). Disinilah aku mulai sadar bukan kesombongan yang dapat mengatarkan kita kesuksesan namun kesungguhanlah itu yang mengantarkan kesuksesan.
Kepahitan Hijrah ke Karawang Jawa Barat
Ketika aku menginjak kelas 6 keluargaku tergoda dengan keberhasilan pamanku yang tinggal di Karawang. Beliau adalah saudara dari ibuku, ayah dan ibuku terbujuk dan berkeinginan untuk tinggal kesana. Setelah rumah kami terjual maka kami berangkat ke Kerawang. Latar belakang kami mengadakan hijrah ke Karawang ialah adanya himbauan bapak camat kecamatan penawangan untuk berpindah dari tanah irigasi ini. Diperparah lagi dengan berurusan dengan kepolisian karena ibuku telah ditangkap pada saat menjual kaset bajakan. Namun beruntung bapak kepala desa telah membantu menyelesaikan permasalahan tersebut. Keinginan untuk hijrah ini sebenarnya dalam hatiku menolaknya karena bulan depan aku akan diajukan untuk lomba pildacil ditingkat kabupaten yang ke 2 dan aku sudah kelas 6 SD, sementara itu sekolah madrasah aku belum sampai lulus. Namun akhirnya aku hanya bisa menurut dengan kemauan orang tua.
Kemudian keluargaku membeli tanah dikarawang tepatnya di kelurahan Duren, Kecamatan Klari, Kabupaten Krawang. Tanah ini terletak digang yang dekat dengan hutan dan kuburan karena tanah inilah yang paling murah dan cocok dengan keadaan ekonomi kami. Kami mendirikan rumah dengan menyesuaikan dana karena terbatas dengan biaya kami mendirikan rumah dengan dikerjakan sendiri tanpa mengundang tukang. Setelah jadi kami pun dibingungkan dengan keberadaan air. Kami sudah mengundang  ahli sumur untuk membuat sumur bor dan ternyata setelah berusaha membuat dengan kedalaman 45 m kami belum menemukan air  dan akhirnya mereka gagal untuk membuatnya. Terpaksa kami harus mengambil air ditetangga yang ada sehingga membuat ketergantungan dengan tetanggaku. Diperparah lagi keadaan ekonomi yang pas-passan, bahkan bisa jadi kekurangan.
Sementara itu kami juga terkendala dengan ketidakmampuan berbahasa sunda. Pada saat aku bersekolah di SD Duren 2, aku merasa kesulitan saat aku menemui mata pelajaran bahasa sunda. Kesulitan ini juga ditemukan oleh ibuku saat jualan di pasar. sedangkan bapak kami juga kesulitan dalam mencari pekerjaan. Sehingga memaksa aku dan kak rouf (kakak aku ke 3) untuk ikut berjualan buah nangka dengan cara asongan. Aku selalu bolos sekolah untuk berjualan asongan didekat SPBU. Dan semangat untuk bersekolah telah hilang. Aku selalu memikirkan  bagaiman cara mendapatkan uang untuk keluargaku.
Sebenarnya pamanku sukses ini disebabkan memiliki pekerjaan antar jemput karyawan perusahaan. Disamping itu mereka juga memiliki toko grosir yang relatif besar. Pada saat itu mereka berjanji akan memasukkan / membantu ayahku ke perusahaannya. Namun pada akhirnya ini hanya janji belaka, akhirnya kami sudah tidak percaya lagi. Kami pun kecewa, suatu ketika pamanku mengajak bertengkar karena masalah yang sepele namun semua reda setelah semua sadar. Inilah yang membuat kami tidak betah tinggal di Desa Duren Kecamatan Klari.
Ukiran Perjuangan di Desa Botosengon
Kemudian keluargaku berencana untuk menjual rumah kami, hingga terdapat orang yang mau membeli rumahku meskipun dengan harga yang murah. Akhirnya kami kembali lagi ke Jawa Tengah. Kami tinggal didaerah karawang hanya 3 bulan saja, Akan tetapi rasanya seperti 3 tahun tinggal disana. Dalam perjalanan ke Jawa Tengah pun kami menumpang dibus milik teman bapak kami, karena melihat anggota keluargaku ada 8 anggota akibatnya kami tidak duduk di jok penumpang akan tetapi kami duduk disela-sela diantara jok penumpang. Setelah kami kembali ke Jawa Tengah kami bingung harus kemana kami tinggal., akhirnya  kami tinggal di kontrakan teman ibuku. Rumah tersebut beralamatkan di Desa Botosengon Kecamatan Dempet Kabupaten Demak. Rumah ini dekat dengan keramaian pasar pada setiap harinya. Kampung nya disebut dengan kampung pasar. Kami sangat bersyukur sekali mendapatkan tempat tinggal, karena sebelumnya kami belum memperkirakan setelah pindah dari karawang mau kemana kami tinggal.
Rumah kontrakkan ini merupakan rumah milik Pak Poyo penjual daging ayam. Rumah ini sebelumnya diniatkan unttuk dikontrakkan, setelah Pak Poyo mendengar kisah kami akhirnnya pak poyo ini berkeinginan membantu keluarga kami. Beliau bersedia memberikan rumahnya dengan jalan dicicil perbulan. dan akhirnya beliau memberikan hak milik rumahnya ke keluargaku. tapi yang kami akungkan adalah rumah ini berada ditanah milik pasar / pengairan namun kami tetap bersyukur dapat tetap tinggal disebuah rumah.
Kemudian aku mulai bersekolah kembali di SDN 1 Botosengon . Pada mulanya aku tidak diterima di SD tersebut karena aku adalah murid kelas 6. Hingga akhirnya aku dibantu oleh salah seorang guru melalui perdebatan yang panjang akhirnya aku diterima di SD tersebut. Di SDN ini aku mulai bersemangat lagi untuk menuntut ilmu. Namun aku heran dengan orang tuaku setiap kali ada rapat wali murid mereka selalu tidak hadir. Aku pun bingung dengan hal ini. Namun aku selalu mengingatkan beliau  hingga akhirnya suatu ketika beliau mau menghadiri rapat wali murid.
Di kehidupanku sehari-hari di Desa Botosengon aku telah dikenal sebagai penarik prahu penyebrangan disungai dekat rumahku. Rumah yang aku tinggali adalah milik pengairan sungai sehingga belakang rumahku adalah sungai. Disini setiap saat aku mengisi waktu luang dengan bekerja menyebrangkan orang-orang yang mau kepasar. Pekerjaan ini memang berat dilakukan namun perolehan uangnya sedikit lumayan yaitu sekitar Rp 4000 perhari. Kalau bekerjanya dimulai pagi memperoleh Rp 10.000 perhari. Setiap hari setelah pulang sekolah aku tetap melakukan pekerjaan ini. Hingga suatu ketika aku jatuh sakit karena kelelahan.
Suatu ketika aku jatuh sakit, karena kelelahan sehingga aku diperintah ayahku untuk beli obat. Setelah itu aku meminumnya karena badanku terasa panas akhinya aku membeli obat adem sari kemudian setelah 10 detik kepalaku terasa sakit sehingga aku minum obat ultraflu dan parachetamol. Aku tidak tahu dampak setelah itu, aku hanya bisa menuruti bapakku aakibatnya setelah aku minum semua obat tersebut terasa badanku sangat pegal dan tak bisa digerakkan. dan ternyata aku mengalami overdosis. akhirnya aku dilarikan ke puskesmas terdekat dan disana aku ditangani oleh dokter. Dan dokter ini memvonis aku telah mengalami gejala typus dan overdosis, untungnya waktu penanganan tepat waktu sehingga nyawaku terselamatkan. Setelah kejadian itu aku baru menyadari kerasnya dosis obat yang pembeliannya di warung terdekat. Aku pun bersyukur kepada sang ilahi telah memberi kesempatan untuk hidup.
Menjelang Ujian nasional untuk tingkat SD pun akan segera dilakukan. Aku ragu dengan diriku sendiri karena selama aku kelas 6 aku telah pindah sekolah senyak 3 kali. Namun demikian siap tidak siap ujian nasional masih tetap dilaksanakan. Di try out hasilnya ternyata tidak memuaskan, aku telah mendapatkan peringkat 2 seSDku. Namun aku terus berusaha dan berdoa lebih keras lagi dari sebelumnya. Sehingga pada ujian nasional aku telah mendapatkan peringkat 1 di SDku. Namun ketika pengumuman itu aku telah bolos sekolah karena aku masih mementingkan untuk bekerja diperahu dekat rumahku itu akibatnya aku dimarai dengan guruku. Aku pun bersyukur kepada Allah yang telah memberikan hal tersebut. Dan aku berjanji akan meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Setelah lulus SD aku bingung dalam melanjutkan sekolahnya. Karena keluargaku tidak mampu membiayai untuk melanjutkan ke SMP. Ada tetanggaku yang menawarkanku untuk ke pondok pesantren Kajen Pati akan tetapi tidak dikehendaki oleh orang tuaku. Kemudian aku mendaftar dan diterima di SMPN 2 Dempet. Aku bingung dengan pembayaran daftar ulang, karena apabila tidak mendaftar ulang dianggap mengundurkan diri. Akhirnya kami memberanikan diri untuk mengajukan keringanan biaya kepada kepala sekolah. akhirnya kami diperbolehkan untuk mencicil semampu kami. Dan akhirnya aku resmi menjadi murid di SMPN 2 Dempet.
Aku sangat bersyukur bisa sekolah di SMPN 2 Dempet. Aku diterima disekolah ini dengan jalur prestasi, aku mendapatkan keringanan biaya, juga menemukan wali dan guru yang baik dengan ku. Ketika aku kekurangan biaya ternyata guruku telah membayarkan semua kebutuhanku. Beliau adalah seorang guru pengampu mata pelajaran PAI. setiap kali ada pembayaran buku LKS / iuran lainnya beliau selalu membayarkan untuk aku. Aku pun bingung bagaimana untuk membalas jasa beliau namun aku akan mengingat namanya di sepanjang hayatku ini.
Ketika aku kelas 7 SMP, aku mulai dikenal oleh guru-guru. Akhirnya ada seorang guru yang memercayai aku untuk mengikuti lomba meringkas buku. Lomba ini adalah lomba pertamaku di SMP 2 Dempet ini. Melihat hadiah cocok dengan uang yang aku butuhkan, guruku tahu bahwa aku adalah murid yang masih mempunyai tanggungan uang dengan sekolah. Akhinya aku tambah bersemangat untuk mengikuti lomba ini. Meskipun maringkasnya sungguh berat sekali yaitu  Aku diberikan 3 buku kemudian untuk diringkas dan dituliskan di polio dalam waktu seminggu.  Diawal lomba ini ternyata tidak memperoleh hasil.
Di SMPN 1 Dempet ini aku mencoba mengikuti semua ekstrakulikuler dan organisasi sekolah termasuk OSIS. Semua ekstra hampir ku ikuti. Aku punnya visi bahwa kegiatan yang aku lakukan ini pasti ada manfaatnya. Keadaan pelajaranku pun tidak terganggu oleh ekstra dan organisasi malahan aku mendapat hasil yang baik. Ketika aku kelas 7 SMP aku telah mendapatkan peringkat 1 dua semester sekaligus. Kemudian ketika sekolah mengadakan lomba Mapel pertama, Aku telah mendapatkan peringkat 3. Namun Di lomba mapel kedua dan ketiga, alhamdulilah aku seslalu mendapatkan peringkat ke pertama. Sekolah kami setiap akhir semester gasal selalu mengadakan lomba Mapel.
Di kelas 8 SMP, aku mulai tambah semangat lagi dalam belajar. aku pernah ditunjuk sekolah untuk mewakili lomba OSN biologi rasanya sangat berat sekali. Karena pemberian materi dan belajarku hanya 7 hari saja sebelum lomba. Ketika itu aku selalu nglembur untuk belajar. Namun ketika hari lomba kondisi tubuhku tidak mendukung. Akhirnya pada saat pengumuman aku tidak lolos ke tahap selanjutnya. Hal ini aku jadikan pembelajaranku untuk lebih baik lagi.
Didunia OSIS pun aku telah direkrut untuk menjadi calon ketua OSIS. Melalui pemilihan umum yang dilakukan oleh pihak panitia ternyata aku telah mendapatkan suara terbanyak. Akhirnya aku telah terpilih menjadi ketua OSIS. Dalam melaksanakan tugas sebagai ketua itu cuup berat. ketika aku membuat kegiatan, banyak sekali yang menentang dengan keputusan rapat OSIS. Namun akhirnya setelah kami didukung oleh guru akhirnya semua berjalan dengan baik. Dalam periode kepemimpinanku OSIS SMP selalu eksis di berbagai kegiatan. Namun dalam kami menentukan pendapat kami selalu berdebat hingga pada suatu hari pernah berpecah menjadi dua blok. Namun setelah aku tenangkan semuanya berjalan sesuai dengan tujuan bersama.
Setelah aku terpilih KETOS (Ketua OSIS) ternyata aku juga dipercayai untuk mewakili diberbagai lomba. Adapun lomba yang pernah aku ikuti ialah lomba tilawatil qur’an pada lomba FLS2N. Namun pada lomba ini nasibku kurang beruntung, aku hanya bisa jadi peserta dalam lomba tersebut. Kemudian setelah lomba ini usai ternyata ada lomba siswa berprestasi pada kali ini karena persiapan untuk mengikuti lomba kurang sehingga diawal aku sudah terseleksi. Tidak hanya itu aku juga mengikuti lomba LCC Lingkungan hidup namun karena yang diambil sebagai pemenang adalah 3 besar dan aku mendapatkan peringkat 3 namun yang menjadi peringkat 2 ada dua peserta otomatis aku terseleksi juga. Selama aku mengikuti lomba di SMP aku belum pernah satu pun mendapatkan piala / kejuaraan kecuali pihak sekolah sendiri yang mengadakan lomba. Namun aku tetap bersabar dengan keadaan ini.
Ketika sekolahku mengadakan study tour ke Jakarta, aku berencana untuk tidak mengikutinya. Namun imbuan guru menyatakan semua diwajibkan untuk mengikutinya. Ketika itu aku tidak mempunyai biaya untuk ikut, sehingga aku kebingungan dengan hal tersebut. Aku coba bertanya dengan orang tua saya, orang tua saya menyatakan tidak ikut, karena tidak punya biaya. Namun aku terkejut ketika aku mau menyatakan ketidak sanggupanku ke kantor TU. Ternyata guru PAI yang pernah aku ceritakan sebelumnya telah melunasinya. Saya sangat berterima kasih kepada beliau. Beliau juga memberikan aku bekal uang saku ketika aku akan berangkat ke Jakarta.
Setelah aku menginjak di kelas 9 SMP, kegiatan ekstra dan organisasi aku vacumkan. karena aku lebih menfokuskan pada ujian nasional. Ketika itu pihak sekolah dan kabupaten selalu mengadakan try out. Dan ternyata hasil dari try out pertama kurang memuaskan, namun ketika menginjak try out ke dua dan ke tiga nilai dan peringkatku terus naik akhirnya aku mendapatkan peringkat pertama di SMPku tersebut. Menjelang ujian nasional aku kekurangan biaya untuk membeli buku tentang UN. Akhirnya aku berusaha untuk meminjam kepada kakak kelasku dulu yang sekarang menjadi alumni. Pada saat menjelang ujian aku tergerak untuk menuntut ilmu agama di pondok pesantren. Tergerakku karena rasa prihatinku terhadap pengetahuan agama di keluargaku cenderung kurang. Meskipun ibuku tidak mempunyai biaya aku memaksakan diri sehingga untuk makan aku harus pulang kerumah. Semenjak aku hidup dipondok pesantren aku kebingungan untuk membagi waktu belajar. Namun aku mencoba menjalani semua dengan ikhlas.
Ketika menjelang ujian ada salah satu sekolah SMA yang mempromosikan untuk peserta didiknyayaitu SMA 1 Demak. Awalnya aku belum minat untuk masuk kesana namun setelah tahu fasilitas, prestasi, sarana dan prasarana yang memadai. Maka aku tertarik untuk mendaftar disekolah ini. Pada mulanya ada pendaftaran melalui jalur khusus (prestasi) setelah semua persyaratan untuk mendaftar itu aku penuhi, aku mencoba mendaftar siswa SMAN 1 Demak. Ketika aku mendaftar aku belum meminta ijin dengan orang tua. Aku khawatir apabila aku ketrima di SMAN 1 Demak pasti tidak mendapatkan ijin oleh orang tuaku karena terkendala dengan biaya. Akhirnya aku mendaftar diam-diam tanpa sepengetahuan orang tua. Sebelum ujian nasional dilaksananakan ternayata sudah ada pengumuman untuk jalur khusus pada penerimaan siswa di SMAN 1 Demak. Ketika itu aku tak tahu karena aku tak berangkat sekolah. Setelah diberitahu dari  temanku, aku tak percaya bahwa aku telah diterima di SMAN 1 Demak ini. ternyata dari sekian banyak yang mendaftar dari SMPku hanya aku saja yang diterima di SMAN 1 Demak. Lebih mengejutkan lagi aku juga tertera bahwa aku telah mendapatkan bea siswa pembayaran SPI gratis selama setahun. Namun  aku khawatir dengan kondisi ini, karena pasti hal ini tidak direstui dengan orang tua.  Akan tetapi aku tetap sangat bersyukur dengan khabar ini. berita ini masih kurahasiakan dengan orang tuaku. Akhirnya terpaksa aku bercerita kepada ayah dan ibuku ternyata ayahku tidak menghendaki aku sekolah di SMAN 1 Demak. dengan alasan sama seperti yang terkemukakan tadi. Akhirnya aku bingung dan wali kelasku telah mengetahui sampai semua guru di SMPN 2 Dempet mengetahuinya. Dampaknya semua guru di SMPN 2 Dempet yang rumahnya di Demak menawarkan untuk tinggal ke rumahnya dan bersedia akan membiayai semua bea sekolahku. Namun dengan sopan aku telah menolaknya. Akhirnya aku berusaha untuk menyakinkan keluargaku sehingga ayahku mengijininya. Dan oleh wali kelasku aku diberi motivasi dan semangat dalam menuntut ilmu disana.  Yang lebih menyakitkankan lagi tetanggaku telah mengetahuinya, mereka malahan memprediksi kalau keluargaku tidak sanggup untuk membiayainya. Namun dengan sopan aku menjawab insyaallah pasti ada jalan.
Saat ujian nasional aku berusaha sekuat tenaga untuk menghadapinya. Wali kelasku khawatir kalau aku tidak dapat memperoleh peringkat pertama. Beliau selalu mengingatkanku, dan selalu memotivasi aku. Ternyata ketika ujian nasional soal yang aku kerjakan diberi kemudahan. Singkat cerita aku telah mendapatkan peringkat pertama di SMPku. Ketika wisuda (perpisahan SMP) aku dan ibuku sangat terharu ketika aku menerima penghargaan dari kepala sekolah. Beliau juga telah menceritakan tentang aku yang hidup serba keterbatasan di SMP ini. Aku pun menangis terharu dengan hal tersebut.
Ketika pendaftaran ulang di SMAN 1 Demak, ternyata ibu dan bapakku tidak punya uang untuk membeli seragam dan membayar SPP. Aku sangat bingung karena apabila tidak mendaftar ulang maka dianggap mengundurkan diri. Disinilah membuatku patah semangat lagi, namun ketika aku diperintah wali kelasku untuk menghadap kepala sekolah SMA dan mengajukan keringanan biaya. Akhirnya aku dan ibu melaksanakan perintah itu dan alhamdulilah Bapak Kepala sekolah telah memberi keringanan biaya. Aku telah diberi kebebasan SPP selama 1 tahun, Aku sangat bersyukur atas ini. Kemudian aku segera bersilaturahmi kerumah buguru kami, beliau juga menawarkan buku pelajaran anaknya untuk saya, kesempatan ini kemudia saya gunakan, karena melihat orang tuaku pasti belum bisa membelikan buku tersebut. 
Ketika aku kelas 10 aku mulai mencari jatidiriku dengan mengikuti berbagai macam organisasi dan ekstrakulikuler. Ekstra yang pernah aku ikuti pada saat itu ialah barata (paskibra), ROHIS(rohani islam), karya ilmiah remaja, pramuka, OSN, seni baca tulis alquran, bahasa perancis. Sehingga pulangku pada saat itu pasti sore. letak sekolah dan rumahku jauh yaitu sekitar 15 km sehingga ketika pulangku sore hari aku tidak dapat menumpang angkutan umum akhirnya memaksaku untuk berjalan. Hal ini sering aku lakukan bahkan aku juga pernah  menumpang orang lain yang sedang melintas. Sehingga semakin lama aku terasa berat apabila sekolahku dilaju, sehingga aku berencana untuk mondok pesantren di Demak. Pada waktu itu aku mencari pondok pesantren yang paling murah dan mutu pendidikannya bagus. Beruntung aku telah menemukan pondok pesantren tersebut. Namanya pondok pesantren Attaslim terletak di Kracaan Demak.
Pada saat aku kelas 10 semangatku belajar sangat tinggi. Setiap kali ulangan / semesteran aku selalu mendapatkan peringkat ke 1. Aku pun pernah mengikuti lomba karya ilmiah ramaja yang diadakan oleh Pusair, namun usahaku belum membuahkan hasil yang baik. Ternyata karya tulisku tidak masuk dalam finalis. Di even lomba OSN kimia pun aku juga diikutkan oleh guruku. Saya ditunjuk unuk mewakili SMA lomba OSN kimia UNNES. Namun saya hanya bisa sampai ke babak semi finalis. Pada waktu semester genap dikelasku ada murid baru pindahan dari SMA 5 Semarang. Dia anak yang pintar sehingga dia menjadi  saingan terberat di kelas. akhirnya pada rapat kenaikan kelas telah diumumkan bahwa aku telah mendapatkan peringkat, namun jumlah nilaiku dengan nilainya hanya selisih 1  point saja. Ketika aku kelas 10 aku selalu menyiapkan materi OSN untuk kelas 11.
Menginjak kelas 11 aku mulai mondok di Pondok Pesantren Attaslim. Ternyata berdampak pada Prestasi belajarku, karena kegiatan dipondok pesantren waktunya yang terlampau padat dan juga saingan dari kelasku cukup ketat sekali. Sehingga nilai mata pelajaran dikelas 11 semester ganjil menurun, ayah dan ibuku pun kecewa denganku. Kemudian ketika semester 2 aku bingung apa yang harus aku lakukan, suatu ketika aku diajak untuk mengikuti lomba karya ilmiah perbanas oleh temanku ketika itu aku menolaknya. Kemudian dia memaksaku dan akhirnya aku mengikuti lomba tersebut. Setelah dia mengirimkan abstrak ke panitia Perbanas. Ternyata abstraknya telah diterima sebagai semi finalis akhirnya kita diperintah untuk membuat karya ilmiah. Ketika pembuatan karya ilmiah ternyata waktu masa aku sedang dikarantina untuk lomba OSN. Sehingga belajar OSNku terganggu dengan pembuatan karya ilmiah. Akhirnya aku mengorbankan OSNku demi membuat karya ilmiah remaja perbanas. Ketika itu aku mengikuti lomba OSN ternyata Allah berkehendak lain lomba osn yang telah ku siapkan mulai kelas 10 tidak membuahkan hasil, akhirnya aku gagl menjadi finalis lomba osn kimia. Namun diminggu yang sama telah diumumkan untuk para finalis lomba karya ilmiah ,disitu Allah mengganti dari perjuanganku selama ini. Dipengumuman menyatakan  bahwa SMAN 1 Demak telah masuk sebagi finalis dan diminta untuk mempresentasikan di STIE Surabaya.
Ketika kami berangkat ke Surabaya, kami hanya berdua ke surabaya sendirian tanpa diatar oleh pembina dari sekolahan. Karena pada saat itu semua guru diminta untuk mengawasi ujian nasional. Untungnya temanku punya saudara dari Surabaya dan beliau bersedia untuk mendampingi dari presentasi kami. Ketika melihat musuh kami sangat minder karena karya kami sedikit nyeleneh . Karya kami tentang ekonomi berjamaah di Desa Pilangrejo. Setelah kami presentasi akhirnya  karya kami menjadi Juara 2, yang sayangkan  adalah antara juara 1 dan juara 2 ini memiliki selisih hanya 1 point. Akan tetapi Kami tetap syujud syukur atas kenikmatan ini. Akhirnya kami pulang ke Demak dengan membawa oleh-oleh piala dan tropy kemenangan.
Kemudian setelah mengikuti lomba ini aku juga diikutkan untuk lomba karya ilmiah cagar budaya tingkat Kabupaten Demak dalam rangka hari jadi Kabupaten Demak. Lomba ini bersifat individu sehingga ketika pembuatan karya ilmiah ini banyak sekali kendala-kendala yang harus aku tempuh. ketika pembuatan karya ilmiah ini aku belum mempunyai komputer, laptop , notebook. Aku bingung dalam pembuatan karya tulis ini. Aku pun meminjam laptop sekolahan untuk membuat karya ini. Dalam pembuatan karya ilmiah sebelumnya aku dipinjami oleh temanku namun karena lomba karya ilmiah ini bersifat individu akhirnya aku harus berjuang sendiri. Ketika karya kami hampir selesai H-1 deadline aku dikejutkan dengan file aku yang terkena virus. Aku sangat kebingungan sampai hampir putus asa namun saya bertekad untuk mengikuti lomba ini, akhirnya dalam waktu semalam aku memperbaiki kaya tulis aku sampai aku harus ke Masjid Agung Demak dan mencari takmir masjid yang ada disana dan akhirnya karya tulis aku selesaikan. Karya aku ini tentang jajak akulturasi cagar budaya Masjid Agung Demak. Setelah karya aku kirim ternyata aku diberi usulan untuk mengirim karya aku di lomba karya ilmiah cagar budaya ke tingkat nasional. Akhirnya karyaku dikirimkan ke panitia lomba tersebut.
Ketika pada saat pengumuman pemenang lomba cagar budaya di Kabupaten Demak, ternyata karya tulisku menjadi juara 1. Tak hanya itu karya tulis aku juga masuk sebagi finalis dilomba karya tulis cagar budaya tingkat nasional. Dan aku diminta untuk mempresentasikan di Surakarta. Aku sangat bersyukur sekali, ternyata dibalik perjuangan yang sangat berat membuahkan hasil yang memuaskan. Sehinga aku dengan pembimbingku menuju ke surakarta disana ternyata tidak hanya mempresentasikan saja namun ada wisata juga ke Sragen (musium pubakala). moment ini aku jadikan sebagai pengganti wisata disekolah aku yang ke Bali. Karena aku tak punya biaya terpaksa aku tidak ikut ke Bali. Ketika aku mempresentasikan karya ilmiahku ternyata pendapatku telah dipatahkan oleh dewan juri. Namun aku tetap teguh/konsisten dengan pendapatku. Akhirnya ketika detik-detik pengumuman pemenang, aku telah mendapatkan juara atribut tentang pengetahuan kepurbakalaan. Aku sangat bersyukur sekali dengan Allah SWT atas karunia yang diberikan.
Banyak sekali kenangan mengikuti lomba karya ilmiah di kelas 11. Padahal aku mulai giat untuk mengikuti lomba karya ilmiah remaja pada kelas 11 semester 2. Sehingga banyak ivent lomba karya tulis ilmiah yang diadakan oleh dinas pendidikan, banyak sekali yang tidak aku ikuti , namun aku tetap bersyukur kepada Allah atas karunianya. Ketika aku kelas 11 SMA ini nilai rapotku mulai menurun karena disibukkan dengan kegiatan dipondok dan kegiatan lomba serta organisasi ROHIS. Dikelas 11 ini aku juga terpilih sebagai ketua ROHIS (rohani Islam ) di SMAN 1 Demak. Namun aku belum bisa membuat perubahan terhadap oranisasi ini dengan baik. Akan tetapi kami bertanggung jawab atas proker yang telah ada sebelumnya.
Suatu ketika aku pernah memiliki pengalaman membuat menulis artikel  dengan waktu 1 malam. Pada saat itu aku ditawari oleh guru saya untuk membuat artikel untuk lomba menulis artikel tentang PMI. Akhirnya aku menyanggupinya. Setelah saya mnyanggupinya ternyata aku berdebat dengan pembimbingku dalam menentukan judul makalah yang ingin dibuat, namun akhirnya aku mengalah dan memutuskan untuk menurut apa kata pak pembina. Karena pembuatan 1 hari langsung kumpulkan tanpa dikoreksi sedikit pun. Kemudian karyaku dikirim ke panitia. Peserta dari SMAN 1 Demak pada waktu itu, tidak aku saja yang ikut lomba ini tetapi terdapat 8 peserta dari SMAN 1 Demak. setelah semuanya dikirim tibalah saatnya pengumuman ternyata karya punyaku mendapatkan juara 3, aku pun bersyukur kepada allah. Juara 1 dan 2 telah direbut dari anak SMK 2 Demak
Pada saat belajar di Pondok Pesantren Attaslim, ternyata banyak sekali pelajar yang seangkatanku. sehingga kami dapat bertukar ilmu yang diperoleh dari sekolah yang berbeda, disini aku juga dapat meminjam buku / alat lain yang dapat menunjang pembelajaranku. Dipondok ini aku juga dididik untuk hidup prihatin, dan hidup bersosial. Dalam pembelajaran dipondok pesantren attaslim sangat bermanfaat sekali,  dari apa yang aku pelajari. Ternyata ketika aku mengadakan penelitian tentang aksara yang ada dipondok pesantren aku tidak mengalami kesulitan sedikit pun. Begitu juga dengan KBM mata pelajaran agama sungguh lebih mudah apabila kita telah mempelajari terlebih dahulu ilmu yang diperoleh dari pondok pesantren.
Pada saat aku kelas 12 SMA aku juga mengikuti lomba yng diadakan oleh Departemen Agama tentang menuntut ilmu. Lomba ini memiliki persyaratan yang sangat berat yaitu karya tulis ini harus memiliki ketentuan minimal 60 halaman. akhirnya aku meneliti tentang aksara pegon, aksara ini merupakan aksara yang diterapkan dimadrasah dan pondok pesantren. Singkat cerita pengiriman karya tulis ini hampir telas. Banyak sekali hambatan yang aku lalui seperti ditangkap polisi karena gak bawa helm, ditolak mengadakan kuisiener, dimarai guru karena meninggalkan jam kbm dan masih banyak sekali hambatan yang aku laui. Namun ketika karya tulis ini telah dikirim aku snagat bersyukur sekali, lebih lebih ketika karya tuliku ini masuuk sebagi finalis dan diminta untuk mempresentasikan di Bogor aku sangat bersyukur sekali. Singkat cerita ketiksa aku mepresentasikan ternyata karya tulisku mendapatkan kasus yaitu ada kata kata dan adata yang tidak masuk akal .akhirnya karyaku ini tidak dinobatkan sebagai juara 1/ jauara2 namun dinobatkan sebagai jauara 3 . akau tambah bersyukur sekali atas kejadian ini.
Menginjak kekelas 12 ini, aku mulai memikirkan masa depanku. Aku mempunyai cit-cita menjadi dosen pendidikan agama islam. Dan aku punya mimpi ingin menruskan ke universitas alazhar. Ini adalah mimpiku smenjak aku masih beraeda dibangku sd. Namun aku masih dibingungkan dngan kemauan orang tua.  Orang tua kai menginginkan untuk berhenti sekolah sytelh sma/ karena beliau tidak sanggup intuk memberi biaya ketiak kuliah. Ketika aku menolak aku telah dijuluki oleh orang tua aku egois dan aku pun juga ditantang kalau saja aku dapat pekerjaan / mendapatkan biaya siswa orang tuaku akan memberikan ijin untuk kuliah. Dikelas 3 ini aku berusaha mati-matian untuk memperoleh biaya siswa dan memikirkan perjuangan hdup keika kuliah. Karena selama aku bersekolah aku selalu menggatungkan dengan pendapatan kak ke 3 aku . semua biaya cos di pondok pesantren ynag membayar adalah akak ke 3 aku sehingga aku merasa teah berhutang budi dengan kak aku.